Jumat, 25 Mei 2012

LAST DATE

Title: LAST DATE Author: #mrs.sangtae Genre: Romance, Fantasy Rating: PG-13 Length: Cast: Lee Taemin Choi Sulli HAPPY READING!! -Tidak peduli apapun, aku ingin tetap bersamanya, berada disampingnya sampai waktu dan kematianlah yang memisahkan- AUTHOR POV Seorang namja menghampiri yeoja yang duduk di sebuah Cafe Hypers. Cafe coklat favotit mereka berdua. Sulli, nama yeoja itu adalah Sulli, dan yang namja bernama Taemin. "Apa aku terlalu lama?" "Aniya," jawab Sulli singkat. Sulli tanpa berhenti menatap wajah namja didepannya dengan dalam. Wajah tenang Taemin membuat Sulli seolah tidak bisa mengalihkan perhatiannya ketempat lain. Taemin yang merasa diperhatikan segera menatap mata Sulli. Saat Taemin menatapnya sedikit kekhawatiran muncul melihat keadaan Sulli yang sedikit pucat, tidak seperti biasanya. "Weo? Apa kau sakit? Wajahmu sedikit pucat," "Anhi," "Lalu kenapa kau menatap wajahku terus?" "Semakin aku melihat wajah oppa. Kau semakin tampan," ucap Sulli dengan setengah tertawa. "Merayuku eoh?" "Ne, aku sedang merayumu oppa," Sulli kembali meminum cappucino vanilanya. "Kau ini, selalu saja. Ada busa dibibirmu," Sulli menutup matanya disaat wajah Taemin mulai mendekat kearahnya. Mungkinkah Taemin akan menciumnya ditengah keramaian seperti ini? "Untuk apa kau menutup matamu seperti itu? Aku hanya membersihkan busanya saja," Sulli dengan cepat membuka matanya saat Taemin sudah selesai membersihkan busanya. Taemin tertawa kecil melihat Sulli yang terlihat sangat salah tingkah. "Apa kau berfikir aku akan membersihkan busa itu dengan bibirku?" cetus Taemin. "A.. Aniya... Aku tidak berfikir seperti itu," kilah Sulli dengan mengibaskan tangannya didepan wajahnya. Taemin menatap penuh selidik pada Sulli. "A.. apa? A..aku sungguh tidak berfikiran seperti itu. Jangan menatapku seperti itu oppa," rengek Sulli. Taemin hanya mengangguk dan meminum coklat dingin didepannya. Setelah mereka mulai bosan dengan keadaan dicafe tersebut, mereka memurtuskan untuk meninggalkan cafe fovorit mereka itu. Taemin menggenggam tangan Sulli dengan erat membuat Sulli bisa sedikit tersenyum kaku dibuatnya. Akankah hanya berakhir seperti ini? Fikir Sulli. Sulli menghembuskan nafasnya berat. "Oppa, ddokbokki. Aku mau," Taemin menatap wajah manis Sulli sesaat dan kemudian mengacak pelan puncak kepala Sulli. "Khaja," ucap Taemin. "Oppa igeo, say A..." Taemin mengedarkan pandangannya kesamping kiri dan kanannya, sedikit merasa menjadi pusat perhatian. Namun akhirnya dia membuka mulutnya juga saat Sulli menyodorkan ddokbokki kemulutnya. "Massista?" tanya Sulli. "Ne, massista," Sulli tersenyum renyah mendengar apa yang diucapkan Taemin. Padahal dia tau, jika Taemin kurang menyukai pedas yang umumnya rasa dari ddokbokki itu adalah pedas. Sulli tertawa kecil saat Taemin mengibaskan tangannya pada mulutnya, merasakan sensasi pedas yang jarang masuk kemulutnya. "Apa pedas?" Taemin mengangguk tak karuan. "Haha.. igeo minumlah. Mianhae oppa," "Kau ini menjahiliku ya.. Gwaenchana," ucap Taemin dengan meminum air yang diberikan Sulli. Hari ini mereka habiskan dengan bercanda, bermain, semuanya mereka lakukan dihari ini. Saat mereka melewati pohon harapan, Sulli berhenti tapat didepannya. "Pohon harapan. Aku ingin menuliskan harapanku disana," cetus Sulli. "Bukankah terlihat sangat kekanakan?" cibir Taemin. "Aniyo.. chankaman," Sulli mengambil sebuah kertas yang disediakan disana dan menuliskan harapannya. Taemin mencoba mengintip apa yang Sulli tuliskan disana. "Ya! Oppa tidak boleh melihatnya," Sulli menutupi kertas yang sudah ia tuliskan sesuatu disana dengan tangannya. "Arraseo, arraseo. Palli tempelkan," Sulli mengangguk dan menempelkan kertasnya di pohon harapan. Dia mengatupkan kedua tangannya didepan dada dan menutup matanya. Semoga harapanku bisa terkabul, ucapnya dalam hati. "Apa kau lelah? Kita ketaman kota saja. Khaja," ajak Taemin dengan menarik tangan Sulli. Mereka duduk disebuah bangku berwarna putih bersih yang posisinya tepat di bawah pohon yang daunnya mulai berwarna kekuningan menandakan musim gugur akan tiba. Sulli menyenderkan kepalanya di pundak Taemin sehingga dia bisa menghirup aroma tubuh Taemin yang sangat khas. Dan dia suka itu, membuatnya sangat tenang. "Jangan pernah meninggalkanku," ucap Taemin ditengah keheningan yang menyelimuti mereka. "Mengapa tiba-tiba mengatakan hal itu?" tanya Sulli. "Entahlah, aku merasa kau akan pergi dariku. Itu membuatku tidak bisa berfikir dengan jernih," Sulli tidak menjawabnya, justru tanpa Taemin sadari, Sulli meneteskan air matanya. Dia menahan isakan tangisnya agar tidak keluar dan didengar Taemin. Menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara itu. Dia tidak ingin Taemin tau jika dia memang akan meninggalkannya. Berulang kali Sulli mengucapkan kata maaf untuk Taemin karna mungkin hal yang Taemin pinta tidak bisa dikabulkan olehnya. Sulli menghapus air matanya yang sudah semakin mendesak untuk keluar itu. "Oppa... Aku sangat ingin melihat oppa menarikan tarian SNSD. Bisakah?" ucap Sulli dengan aegyonya. Taemin sama sekali tidak bisa menolaknya dan mulai berdiri. "Baiklah, aku akan melakukannya untukmu," "Neomu banjjak banjjak nunibusyeo No No No No No... Neomu kkamjjak kkamjjak nollan naneun Oh Oh Oh Oh Oh.... Neomu jjaritjjarit momi tteollyeo Gee Gee Gee Gee Gee.... Jeojeun nunbit Oh Yeah joheun hyanggi Oh Yeah Yeah Yeah...." Taemin menarikan lagu itu dengan bernyanyi. Sulli menahan tawanya saat lekukan tubuh Taemin menari dihadapannya. Sulli menutup mulutnya dengan tangan agar tidak tertawa terlalu keras, namun percuma saja, tarian Taemin yang feminin itu membuatnya tidak bisa berhenti tertawa. "Oppa, keumanhae, perutku sakit karna tertawa terus," percuma saja, ucapan Sulli tidak diperdulikannya. Dia tetap menari dan bernyanyi layaknya penyanyi diatas panggung. Sangat lincah dan enerjik. Tanpa mereka duga, Taemin telah menjadi pusat perhatian di taman itu. Bahkan tak sedikit orang-orang yang melemparkan uangnya untuk penampilan Taemin. Sulli semakin tertawa dengan keras saat salah seorang yang melihat penampilan Taemin melemparkan uang koin kekepala Taemin. Dan mukan Taemin terlihat bodoh saat itu. Taemin berterimakasih pada yang melihat penampilannya dan mengumpulkan uang yang diberikan mereka itu. "Aigoo, kita mendapat banyak uang," ucap Taemin antusias "Haha.. oppa, kau daebak!! jinjja!!" Sulli menunjukan dua jempolnya pada Taemin. "Ini karna kau," Taemin mencubit pipi Sulli pelan. "Mungkin oppa bisa menjadi penyanyi dan penari dikemudian hari," Taemin tertawa kecil mendengarnya. "Kau ini ada-ada saja," kilah Taemin. Hari sudah semakin sore, namun mereka berdua masih tetap berjalan-jalan di keramain sore itu. Taemin menghentikan langkahnya saat berada didepan toko aksesoris. "Khaja," Taemin mengajak Sulli masuk ketoko itu. "Apa kau suka kalung ini?" tanya Taemin dengan menunjuk sebuah kalung berbandul dua bintang yang menyatu. Sulli menganggukan kepalanya dengan semangat. Melihat respon Sulli, Taemin akhirnya membelikan kalung itu untuk Sulli. Dia memakaikan kalung itu keleher Sulli. "Ah, yeppoda," ucap Taemin setelah melihat Sulli dengan kalung yang bertengger manis dilehernya. "Gomapta," Taemin mengangguk dan mulai keluar dari toko aksesoris itu. "Ah, lihat, gembok cinta," seru Taemin saat melihat ribuan gembok yang tertempel di dinding kawat dekat sungai Han. "Khaja kita tuliskan nama kita," tambah Taemin. "Aisssh, bukankah itu terlihat sangat kekanakan?" ucap Sulli dengan menyalin ucapan Taemin saat Sulli ingin menulis di pohon harapan. "Biar saja, ayo," mereka mulai menuliskan nama masing-masing di gembok itu dan Sulli meminta untuk menyatukan dan menempelkannya sendiri. Taemin hanya menyanggupinya dan memperhatikan Sulli yang menempelkan gembok mereka di deretan kawat yang tersedia. Malam sudah datang, Taemin melepas jaketnya dan memakaikannya pada tubuh Sulli. "Apa oppa tidak kedinginan?" "Tentu saja tidak," ucap Taemin ringan. Apapun akan dia lakukan untuk membuat Sulli nyaman disisinya. Mereka duduk diayunan, mengisi malam itu dengan helaan-helaan nafas pendek dari mulut mereka. "Hari ini aku sangat senang menghabiskan waktu dengan oppa," "Jinjja? Syukurlah, lagipula besok kita harus sekolah, mungkin tidak bisa bersenang-senang seperti ini lagi. Sebentar lagi kita kan akan menghadapi ujian," "Emm... Oppa, untuk yang terakhir, ayo kita bermain petak umpet. Oppa yang jaga. Ok?" Taemin tersenyum manis dan mengangguk dengan mantap. "Hana... dul... set..." Taemin menghitung waktu untuk Sulli bersembunyi. Sulli mengambil sebuah amplop berwarna merah dari tasnya dan meletakkannya diatas ayunan bersama jaket yang Taemin berikan tadi. Tidak lupa dengan kalung bintang yang baru saja Taemin belikan untuknya. "Oppa, mianhae," pelan Sulli. Tanpa terasa aliran air mata itu kembali membasahi pipi Sulli. "Jeongmal mianhae," Sulli menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Merasa sangat berat untuk meninggalkan Taemin yang sangat ia cintai. Bahkan kalau bisa, dia ingin tetap disamping Taemin untuk besok, lusa, minggu dpan, bulan depan, taun depan, selamanya. Tapi ia benar-benar tidak bisa melakukan itu. Sungguh-sungguh tidak bisa. "Baiklah, sekarang aku akan mencarimu," teriak Taemin. Ia membuka matanya dan mulai mencari Sulli di taman itu. Sampai hampir sepuluh menit, dia tidak menemukan Sulli. Taemin mencoba menelfonnyapun sudah tidak aktif. Taemin sangat khawatir saat itu, sampai ia melihat jaketnya diayunan ditemani amplop dan kalungnya. Perlahan, dia mencoba membuka amplop itu. To: Taemin Oppa Gomawo untuk hari ini ^^ Kencan terakhir kita sangat berkesan untukku.. Dan... mianhae, tidak akan selalu bisa ada disampingmu. Kuharap oppa bisa bahagia tanpa aku. Itu harus!! Kalung ini, berikan pada seseorang yang akan menggantikan posisiku disisi oppa. Hiduplah dengan bahagia dan jangan senyumanmu hari ini, jangan pernah melepaskannya. Tetaplah menjadi Taemin yang senang tersenyum dan temukan orang yang mencintaimu lebih dari aku... Oppa gomawo.. dan mianhae.. Sulli Taemin tersenyum pahit. "Sulli-ya. Jebal jangan bercanda seperti ini. Ini sama sekali tidak lucu. Benar-benar tidak lucu," tidak ada satu suarapun yang menjawabnya. Kepanaikan itu mulai terlihat diwajah Taemin. "Arraseo. Sekarang aku tidak bisa menemukanmu. Keluarlah, aku menyerah," tetap saja tidak ada sahutan yang menjawabnya. Taemin menggeleng pelan, berharap jika ini hanya lelucon atau apalah namanya, yang jelas dia ingin ini semua hanyalah keohongan saja. "Bukankah, bukankah kita saling mencintai?" TES Taemin menghapus air matanya dengan kasar. Tidak seharusnya seorang namja menangis. Tapi ini diluar kadar kekuatannya. Dia merasa lemah dan perih di hatinya. Kenapa justru disaat dia benar-benar mencintai seseorang, mengapa hal itu harus direnggut darinya?? DRRRRTT DRRRTT Handphone Taemin bergetar, sebenarnya dia sama sekali tidak ingin mengangkatnya. Rasa sakit dihatinya sedikit menghambatnya saat itu. Tapi karna melihat nama 'Kristal' sahabat Sulli dilayarnya, Taemin memaksakan dirinya untuk mengangkat panggilan itu. "Yoboseyo," ucap Taemin pelan. "Taemin.. Sulli... di..dia... hiks.." Kristal terisak tanpa memberitahukan apa yang terjadi saat ini sebenarnya. "Mwo? Berbicaralah dengan jelas. Kenapa dengan Sulli?" cerca Taemin. "Sulli meninggal. Tadi pagi saat dia pergi dari rumahnya, dia kecelakaan. Keadaannya sangat kritis, sebelum dia koma, dia bilang padaku untuk tidak memberitahumu. Dia takut kau khawatir. Dan tadi... tadi dokter mengatakan kalau Sulli sudah meninggal. Dia.. meninggal.. hiks.." Pegangan Taemin pada handphonenya melonggar, sehingga handphonenya jatuh ketanah. Apa ini semua? Kenapa hal ini bisa terjadi padanya. Lalu? siapa orang yang tadi bersamanya beberapa jam yang lalu itu? Katakan jika ini hanya candaan. Katakan jika ini hanyalah sebuah kebohongan!! Taemin menatap surat yang diberikan Sulli untuknya... "Jadi, maksudmu.. Hari ini benar-benar kencan terakhir kita? haha.." Taemin tertawa kecil, tawa kepedihan hatinya yang semakin menjalar keseluruh tubuhnya. "Jadi ini yang kau maksud tidak akan bisa berada disampingku lagi?" Taemin menghembuskan nafasnya kasar. Dia segera berlari, kemanapun dimana sosok Sulli berada. "Apa ini sudah cukup?" tanya seorang namja bersayap putih terang pada yeoja disampingnya. "Apa aku tidak bisa bertemu dengannya sekali saja? Death Angel.. kumohon," ucap Sulli dengan mnatap mata tajam Death Angel. "Sungguh. Kau ini manusia yang banyak permintaan," balasnya. "Kali ini saja, kumohon..." @@@ Taemin meninggalkan pemakaman Sulli. Dirinya seolah masih tidak percaya dengan apa yang terjadi kemarin. Ingatan itu masih hangat diotaknya. Dia berjalan tak tentu arah mengikuti laju kakinya. Dia berhenti didepan pohon harapan. Ia teringat kemarin Sulli menuliskan harapannya di pohon itu. Taemin mencari letak harapan yag Sulli tempelkan kemarin. Dan ia menemukannya. -Semoga Taemin oppa hidup dengan lebih baik, meskipun tanpa aku- Sulli "Dia benar-benar menuliskan harapannya," desis Taemin. Jadi hal yang kemarin dialaminya itu bisa dipastikan bukanlah mimpi, tapi benar-benar kenyataan. Entah harus dikatakan kenyataan yang indah ataukah buruk. Dia sendiri tidak bisa menjawabnya. "Gembok cinta," pelan Taemin, dengan setengah berlari, dia sampai ketempat gembok cinta. Mata dan tangannya mulai mencari gembok yang Sulli tempelkan kemarin. Digembok itu tertulis namanya. -Taemin dan Bukan Choi Sulli- "AIssh, jinjja," Taemin masih merasakan kesedihan itu. "Kenapa kau melakukan hal seperti ini padaku Sulli-ya," Taemin menggenggam erat kalung yang ia berikan pada Sulli, dua bintang yang menyatu. Taemin melemparkannya kearah belakang, tanpa ia sadari, kalung itu mengenai sepasang kekasih yang ada disana. "Aw..." ringis seorang yeoja. "YA!! Kau!! Ini punyamu," ucap yeja itu dengan menghampiri Taemin dan menyerahkan kalungnya. "Jangan membuangnya. Aku tau, pasti kalung ini sangat berharga. Berikanlah pada yeoja yang akan menggantikan teman wanitamu itu," ucap yeoja itu dan pergi menghampiri namja yang tadi bersamanya. Mereka berduapun pergi meninggalkan Taemin. "Dari mana dia tau tentang hal itu?" DEG Ada sedikit keganjilan dipikiran Taemin. Yeoja tadi, bukankah itu Sulli? Taemin mengedarkan pandangannya berusaha mencari sepasang kekasih tadi. Tapi hasilnya tidak ada, mereka sudah pergi. "Kau ingin aku tidak membuangnya? Arraseo, aku akan memenuhi keinginanmu," ucap Taemin. Dia menghembuskan nafasnya. "Aku akan hidup dengan bahagia Sulli-ya. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku," pelan Taemin. "Kali ini sudah cukup bukan?" tanya Death Angel pada Sulli. Sulli mengangguk dengan mantap. "Ne. Sungguh gomawo gomawo gomawo..." ucap Sulli. Sulli dan Death Angelpun terbang kelangit luas menuju alam lain yang menunggu mereka.... END